🎏 Puisi Gus Mus Islamkah Aku
HomePuisi Gus Mus Puisi Karya Gus Mus - Aku Merindukanmu, O, Muhammadku. Minggu, 03 April 2016. 15.14. Puisi karya Gus Mus (K.H Mushtofa Bisyri) - Aku Merindukanmu, O, Muhammadku. Aku merindukanmu, o, Muhammadku Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah Menatap mataku yang tak berdaya Sementara tangan-tangan perkasa
ApakahAnda mencari gambar tentang Puisi Gus Mus Islamkah Aku? Jelajahi koleksi gambar, foto, dan wallpaper kami yang sangat luar biasa. Gambar yang baru selalu diunggah oleh anggota yang aktif setiap harinya, pilih koleksi gambar lainnya dibawah ini sesuai dengan kebutuhan untuk mulai mengunduh gambar.
KumpulanSyair dan Puisi Gus Mus. SUJUD. Bagaimana kau hendak bersujud pasrah, sedang. Wajahmu yang bersih sumringah, Keningmu yang mulia dan indah begitu pongah. Minta sajadah agar tak menyentuh tanah. Apakah kau melihatnya seperti iblis saat menolak. Menyembah bapamu dengan congkak. Tanah hanya patut diinjak, tempat kencing dan berak,
puisidoa untuk anak; puisi cinta tanah air 4 bait; puisi dokter hewan; puisi hampa karya chairil anwar; puisi gus mus islamkah aku; puisi cinta gus mus; pt rumah berneh; puisi cinta bunga mawar; puisi bahasa inggris tentang sekolah; puisi buku harian
HalamanUnduh untuk Free Download Wallpaper Bergerak Windows 8 1 Tinkerbell Pics 2013 Wallpaper With [1024X768] For Your Desktop, Mobile & Tablet | Explore 49+ Windows Wallpaper, klik untuk mengunduh koleksi gambar-gambar lain yang terdapat di kibrispdr.org
PuisiIslam Karya Gus Mus - Islam agamaku nomor satu di dunia Islam benderaku berkibar di mana-mana Islam tempat ibadahku mewah bagai istana Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya Islam sorbanku Islam sajadahku Islam kitabku Islam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara dunia memandangku Tempat aku menusuk kanan kiri Islam media massaku Gaya komunikasi islami masa kini
GusMus—panggilan akrab A. Mustofa Bisri—menggubah puisi (baca; Al qur'an) menjadi puisi. Apa yang ada di dalam Al qur'an beliau terjemahkan lagi dalam puisi Indonesia. Meski hal ini tidak bisa menandingi, bahkan mustahil untuk menyamai isi dari alqur'an, tapi puisi yang digubah oleh Gus Mus sudah cukup menggerakkan seluruh bulu roma dan
PuisiIslam -Gus Mus Islam media-massaku, gaya komunikasi islami masa kini Tempat aku menikam sana-sini Islam organisasiku Islam perusahaanku Islam yayasanku Islam instansiku, menara dengan sejuta Saeful Uyun 6 Agustus 2013 7438 Islam agamaku, nomor satu di dunia Islam benderaku, berkibar dimana-mana Islam tempat ibadahku, mewah bagai istana
_GusMus_ CINTAMU. bukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah. rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu. datanglah aku akan berlari menyambutmu. tapi kau terus sibuk dengan dirimu. kalaupun datang
. Aku Merindukanmu, O, Muhammadku Aku Merindukanmu, O, MuhammadkuOleh KH A Mustofa BisriAku merindukanmu, o, MuhammadkuSepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalahMenatap mataku yang tak berdayaSementara tangan-tangan perkasaTerus mempermainkan kelemahanAirmataku pun mengalir mengikuti panjang jalanMencari-cari tanganLembut-wibawamu Dari dada-dada tipis papanTerus kudengar suara serutanDerita mengiris berkepanjanganDan kepongahan tingkah-meningkahTelingaku pun kutelengkanBerharap sesekali mendengarMerdu-menghibur suaramu Aku merindukanmu, o. Muhammadku Ribuan tangan gurita keserakahanMenjulur-julur kesana kemariMencari mangsa memakan korbanMelilit bumi meretas harapanAku pun dengan sisa-sisa suarakuMencoba memanggil-manggilmuO, Muhammadku, O, Muhammadku!Dimana-mana sesama saudaraSaling cakar berebut benarSambil terus berbuat kesalahanQur'an dan sabdamu hanyalah kendaraanMasing-masing mereka yang berkepentinganAku pun meninggalkan merekaMencoba mencarimu dalam sepi rindukuAku merindukanmu, O, MuhammadkuSekian banyak Abu jahal Abu LahabMenitis ke sekian banyak umatmu O, Muhammadku - selawat dan salam bagimu - bagaimana melawan gelombang kebodohanDan kecongkaan yang telah tergayakanBagaimana memerangiUmat sendiri? O, Muhammadku Aku merindukanmu, o, MuhammadkuAku sungguh merindukanmuBagaimana Aku Menirumu, O KekasihkuBagaimana aku menirumu, o kekasihkuOleh KH A Mustofa BisriEngkau mentariAku bumi malam hariBila tak kau sinariDari mana cahaya akan kucari?Bagaimana aku menirumu, o kekasihkuEngkau purnamayang menebarkan senyum kemana-manaAku pekat malam tanpa ronaBagaimana aku menirumu, o kekasihkuEngkau mata airAku di muaraDimana kucari jernihmuBagaimana aku menirumu, o kekasihkuEngkau samudraAku di pantaiHanya termangu Engkau merdekaAku terbelenggu Engkau ilmuAku kebodohanEngkau bijaksanaAku semena-menaDiammu tafakkurDiamku mendengkur Bicaramu pencerahanBicaraku ocehanEngkau memberiAku meminta Engkau mengajakAku memaksaEngkau kaya dari dalamAku miskin luar-dalamMiskin bagimu adalah pilihanMiskin bagiku adalah keterpaksaanBagaimana aku menirumu, o kekasihkuYa Rasulullah,,,Ya Rasullullah….Oleh KH A Mustofa BisriYa Rasulullah… aku ingin menjadi santri berbaju putih yang tiba-tiba datang menghadapmu,duduk menyentuhkan lututnya pada lututmu yang agung dan meletakkan telapak tangannya di atas paha muliamu,lalu aku akan bertanya….???Ya Rasulullah… tentang Islamku,Ya Rasulullah… tentang Imanku,Ya Rasulullah… tentang Ihsanku. Ya Rasulullah… Mulut dan hatiku bersaksi tiada tuhan selain allah dan bersaksi bahwa engkaulah utusan allah tapi ku sembah jua diriku Astaghfirullah…!! Dan risalahmu hanya ku baca bagai Rasulullah…Setiap saat jasadku solat setiap kali diriku bersimpuh diriku juga yang ku ingat, setiap saat ku baca shalawat setiap saat tak lupa ku sampaikan salam” Assalamu alaika ayyuhan Nabiyu warahmatullahu wabarokatuh”salam padamu wahai nabi juga rahmat dan berkat allah tapi tak pernah ku sadari apakah di hadapanku kau menjawab salamku bahkan apakah aku Rasulullah… ragaku berpuasa dan jiwaku ku lepas bagai kudaYa Rasulullah… sekali-kali ku bayar zakat dengan niat mendapat balasan kontan dan berlipatYa Rasulullah… aku pernah naik haji sambil menaikkan Rasulullah… Sudah Islamkah aku?Ya Rasulullah…Aku percaya Allah dan sifat-sifatNYA, aku percaya malaikat, percaya kitab suciNYA , percaya Nabi-nabi utusanNYA, aku percaya akhirat, percaya Qada QadarNYA seperti yang ku catat dan ku hafal dari Ustaz, tapi aku tak tahu seberapa besar itu mempengaruhi Rasulullah… sudah Imankah aku…???Ya Rasulullah… ku dengar panggilan aku menghadap Allah tapi apakah DIA menjumpaiku sementara wajah dan hatiku tak Rasulullah… dapatkah aku berihsan…???Ya Rasulullah… ku ingin menatap meski sekejap wajahmu yang elok mengelok setelah sekian lama mataku hanya menangkap Rasulullah… ku ingin mereguk senyummu yang segar setelah dahaga di padang kehidupan hambar hampir membuatku Rasulullah… meski secercah titiskan pada ku cahayamu buat bekalku sekali lagi menghampiri NYA.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Puisi akhmad fauziTatkala waktu masih mengeja, alam indah bercerita Ketika alam bercerita, khusuk tunduk jiwa-jiwaSelepas jiwa memasrah hidup diwarnai canda riaKetika waktu belajar bicara, alam bersila sibuk memilah dusta Tatkala dusta-dusta merajalela, pintu-pintu hidayah lelah mencari celahSelepas hidayah kehilangan ranah, topeng-topeng wajah manusia menggilaTatkala waktu menua, alam gelisah Ketika alam mendekati marah, topeng-topeng itu berpesta pora Selepas pesta meriah, kondom wacana, candu fitnah, ethanol gundah, mesiu kuasa berparade melindas hak Tuhan pada manusiaKetika Tuhan tidak lagi dihadirkan waktu, alam ingin segera layu Tatkala layu, hati diburu nafsuKetika itu, semua yang ada adalah batuAbsurd Ketika mempertanyakan kadar kebeneran kehadiran Tuhan Tatkala hati membatu Tanpa pernah mencacah keras hati Tanpa pernah bersedekah mengajak waktu menghadirkan nilai-nila IllahiKertonegoro, 2 Pebruari 2016 Salam,Akhmad FauziIlustrasi Lihat Puisi Selengkapnya
Puisi Gus Mus ini dianggap kontroversial oleh sebagian muslim karena ada kalimat tentang azan. Katanya, Gus Mus menistakan islam dan mendiskreditkan azan sebagai bagian dari saja tuduhan itu tidak beralasan sama sekali. Dalam kalimat tersebut disebutkan bahwa pengeras suara, bukan azan yang memanggil dengan suara keras. Lagipula, puisi ini ditulis tahun 1987 dan tidak ada hubungannya dengan kisruh menista islam yang belakangan terus dihembuskan pihak yang tidak bertanggung kenapa ya umat islam di Indonesia kok gampang marah begini ya? Daripada marah melulu tanpa tahu teks aslinya, mending kita belajar yuk dari puisi sekali lagi, umat muslim Indonesia seharusnya lebih bijak lagi dan tidak gampang tersulut emosi, apalagi di tahun politik seperti ini. Semoga Allah melindungi kita semua… teks lengkap puisi Gus Mus yang ditulis tahun 1987 tersebut”Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus BagaimanaKau ini bagaimana Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapirAku harus bagaimana Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadaiKau ini bagaimana Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-planAku harus bagaimana Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu akuKau ini bagaimana Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnyaAku harus bagaimana Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lainKau ini bagaimana Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikaiAku harus bagaimana Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannyaKau ini bagaimana Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanahAku harus bagaimana Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam BisshowabKau ini bagaimana Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukkuAku harus bagaimana Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa tergangguKau ini bagaimana Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatisAku harus bagaimana Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte sajaKau ini bagaimana Aku bilang terserah kau, kau tidak mau Aku bilang terserah kita, kau tak suka Aku bilang terserah aku, kau memakikuKau ini bagaimana Atau aku harus bagaimana -1987-
puisi gus mus islamkah aku